PENGARUH VARIASI CAIRAN PENDINGIN (COOLANT) TERHADAP POTENSI OVERHEATING PADA ENGINE DIESEL (STUDI KASUS MITSUBISHI L300)

Authors

  • Kadek Yogantara Santosa Politeknik Transportasi Darat Bali
  • Aria Wichaksana Politeknik Transportasi Darat Bali
  • Muhammad Hendri Ardiansyah Politeknik Transportasi Darat Bali
  • Aris Budi Sulistyo Politeknik Transportasi Darat Bali

DOI:

https://doi.org/10.19184/berkalafstpt.v2i1.889

Keywords:

Overheating, temperature, cooling medium, rpm, engine, temperatur, media pendingin, mesin

Abstract

The engine cooling system functions to prevent overheating and consequent damage to engine components. Engine heat arises from the combustion of fuel within the cylinders, which is utilized to generate power. This research was conducted due to the prevalent use of municipal tap water in radiators by the owners of Mandatory Motor Vehicle Test in the Surakarta city area. The study was carried out on a Mitsubishi Colt Diesel L300 vehicle, with engine revolutions of 2.500 and 3.100 rpm. The results indicated that tap water has the poorest heat exchange capacity compared to other coolants. This was evidenced at 2.500 rpm with the incoming radiator water temperature (Th1) of 90˚C, and 96.4˚C at 3.100 rpm, resulting in engine temperatures of 92.1˚C at 2500 rpm and 98.4˚C at 3.100 rpm. Meanwhile, the most effective coolant was the Prestie Radiator Coolant brand, with Th1 at 2.500 rpm of 74.6˚C and at 3.100 rpm of 78.2˚C, resulting engine operating temperatures of 84.7˚C at 2.500 rpm and 88.8˚C at 3.100 rpm.

ABSTRAK 

Sistem pendingin mesin berfungsi untuk menghindari overheating dan menyebabkan kerusakan komponen mesin. Panas mesin timbul dari pembakaran bahan bakar dalam silinder yang dimanfaatkan untuk menghasilkan tenaga. Penelitian ini dilakukan karena banyak pemilik Kendaraan Bermotor Wajib Uji (KBWU) di wilayah Kota Surakarta menggunakan air PDAM untuk radiator. dilakukan pada kendaraan Mitsubishi Colt Diesel L300 dengan variasi putaran mesin 2.500 dan 3.100 rpm. Hasil penelitian menunjukan bahwa air PDAM memiliki daya tukar kalor terburuk dibandingkan cairan pendingin lainnya. Hal tersebut dibuktikan pada putaran 2.500 rpm dengan suhu air masuk ke radiator (Th1) sebesar 90˚C, dan 96,4˚C pada 3.100 rpm, sehingga temperatur mesin menjadi 92,1˚C pada 2.500 rpm dan 98,4˚C pada 3.100 rpm. Sementara cairan pendingin paling efektif adalah merk Prestie Radiator Coolant dengan Th1 pada 2.500 rpm sebesar 74,6˚C dan pada 3.100 rpm sebesar 78,2 ˚C, sehingga suhu kerja mesin menjadi 84,7˚C pada 2.500 rpm dan 88,8 ˚C pada 3.100 rpm.

 

Author Biographies

Kadek Yogantara Santosa, Politeknik Transportasi Darat Bali

Program Studi Diploma III Teknologi Otomotif
Politeknik Transportasi Darat Bali
Jl. Cempaka Putih Desa Samsam, Kerambitan, Kec. Tabanan
Kabupaten Tabanan, Bali 82111

Aria Wichaksana, Politeknik Transportasi Darat Bali

Program Studi Diploma III Teknologi Otomotif
Politeknik Transportasi Darat Bali
Jl. Cempaka Putih Desa Samsam, Kerambitan, Kec. Tabanan
Kabupaten Tabanan, Bali 82111

Muhammad Hendri Ardiansyah, Politeknik Transportasi Darat Bali

Program Studi Diploma III Teknologi Otomotif
Politeknik Transportasi Darat Bali
Jl. Cempaka Putih Desa Samsam, Kerambitan, Kec. Tabanan
Kabupaten Tabanan, Bali 82111

Aris Budi Sulistyo, Politeknik Transportasi Darat Bali

Program Studi Diploma III Teknologi Otomotif
Politeknik Transportasi Darat Bali
Jl. Cempaka Putih Desa Samsam, Kerambitan, Kec. Tabanan
Kabupaten Tabanan, Bali 82111

Downloads

Published

30-04-2024